Visitor

Minggu, 09 April 2017

Laksamana Pengingat


Hidup itu untuk di pandang
bukan di bendung.
Hidup itu butuh arah,
bukan diurai.

Serukah Hidup, jika semua hal adalah mudah?
apapun butuh tantangan.
Semua yang tak terlihat adalah cara untuk mencarinya.
Bagaimana cara untuk kita dapat.

Belum berakhir setelahnya, banyak proses di dalamnya.
Di jagat lepas banyak hal menarik, banyak pula yang di sayangkan.
Perspektif adalah pembeda setiap manusia.

Mata yang akan lebih banyak menyaksikan
dari pada mulut yang akan menceritakan.
Bukan karena tak sanggup untuk itu,
tapi akan lebih sibuk untuk itu.

Menikmati apa yang ada di hadapan,
adalah cara meneceritakan dalam memori tentangnya.
Tapi, tapi hatilah yang dapat menyimpan utuh kesetiaan kesenangan kesenggahan dalamnya.

Dimana serunya jika semua hal dalam hidup mudah?
percuma dan terabaikan kuasa batin yang mampu.
Demikian laksamana pengingat mengingatkan.

Hiduplah sesuai aturan hidup yang ada.
Dan beradaptasilah dengan aturan orang lain yang ada.

Suatu keharusan pasti untuk diri sendiri.
Itulah caranya laksamana mengingatkan,
hidup tak selamanya mudah.
Tak semudah mengatakannya.

Hanya Untuk Hari Ini


Napas yang turun naik turun,
bukanlah tanda kehidupan.
Kehidupan sejati ditandai oleh perjuangan.
Sungguh mengharukan bagi orang yang mampu tersenyum,
walau sejuta duka berkecamur di dalam hatinya.
Maka tersenyumlah untuk hari ini, walau hatimu dilanda seribu kesedihan.
Itulah cara mengusir syaitan.
Karena yang paling berharga mulianya bagi wanita,
adalah menjaga kehormatannya

(Haeruddin)

Sebuah Puisi


Apa yang indah diatas sana?
Janjinya adalah nyata
Terbengkalai dalam diam
Hanya sekedar mematung terdiam.

Adakah yang indah selain
diatas adalah janjinya?
Kamu tahu aku yakin,
Kenapa kamu tidak?

Salahka harus lalai dalam perintah?
Jika kamu sadar itu adalah hal baik yang kamu lakukan.
Mungkin, ya!

Satu titik dimana kau
akan terdiam meratapinya
tanpa sadar kau tersadarkan.
 kau akan tahu itu.

Satu jalan yang berliku adalah akan banyak tantangan,
 itu semua akan ada dipikiran.

Enggan mengatakan dalam lisan,
hanya ujung pena yang mampu dari itu.
 Buku yang menyaksikan
sebuah rasa tersalurkan darinya dengan kata berfaedah.

Tinta yang menempel kepadanya.
Lisan tak sanggup lebih dari itu.
Tak mampu menanggungnya sendiri.
Lakukan atau diam, kau hancur dalam keheningan.

Hanya sebuah puisi
terlahirkan dari keheningan.
Sampaikan, bahwa masih ada yang lebih  indah dari itu.
Diatas sana, ada yang lebih darinya apa yang kau sebut indah.


Karena sastra menentukan sebuah khasiat pikiran dari kata.

Sebuah Puisi

Apa yang indah diatas sana? Janjinya adalah nyata Terbengkalai dalam diam Hanya sekedar mematung terdiam. Adakah yang indah s...

Tingkat Digemari